top of page
Search

Tulisan Kartini dalam Surat-suratnya

  • alyatjokrosasmito
  • Mar 30, 2015
  • 3 min read

R.A. Kartini adalah sosok wanita Indonesia simbol emansipasi yang memperjuangkan persamaan hak dan derajat kaum hawa terhadap kaum adam. Dalam balutan suasana feodal bangsawan Jawa awal abad ke-20 yang cenderung menomor-duakan peranan wanita, Kartini muncul dengan berbagai pemikiran cerdas dan brilian yang terlihat dalam setiap tulisan dalam surat-suratnya. Bayangkan, ketika pada akhir abad ke-19 sebagian besar masyarakat Indonesia masih dalam keadaan buta huruf, muncullah seorang wanita bernama Kartini yang begitu piawai dalam merangkai pemikirannya dalam kata-kata. Pemikirannya tentang peranan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, kegelisahannya tentang agama, dan sikapnya yang emohterhadap budaya feodal tergambar jelas pada setiap tulisan Kartini dalam surat-suratnya.

Surat-surat Kartini untuk pertama kali diterbitkan pada tahun 1911 di Semarang, Surabaya, dan Den Haag atas prakarsa Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, Mr. Jacques Henry Abendanon. Surat-surat itu diterbitkan dengan judul “Door Duisternis tot Licht: Gedachten Over en Voor Het Javaansche Volk van Raden Ajeng Kartini” oleh penerbit G.C.T. van Dorp & Co. Buku Kartini yang pertama ini tidak hanya memuat surat-surat Kartini yang diterima oleh keluarga Abendanon saja, tetapi ada juga beberapa surat yang ditujukan untuk sahabat sang penulis. Secara keseluruhan Door Duisternis tot Licht yang berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”hanya memuat 100 surat saja dan 53 surat diantaranya adalah surat Kartini yang ditujukan untuk keluarga Abendanon.

tulisan kartini.jpg

Karena menggunakan bahasa Belanda, maka surat-surat itu hanya dibaca oleh kalangan terbatas saja, yaitu kalangan priyayi dan bangsa Belanda. Meskipun demikian pencetakan pertama itu dapat dikatakan berhasil, karena dalam waktu dua tahun buku itu dicetak dua kali sejumlah 8000 eksemplar! Dari keuntungan penjualan buku tersebut dibentuklah organisasi Kartinifonds di Den Hag, yang bertujuan untuk mendirikan sekolah atau membantu pendidikan kaum perempuan sebagaimana dicita-citakan Kartini. Maka pada tahun 1913 di Semarang didirikanlah sekolah Kartini yang pertama, dan menyusul kemudian pendirian beberapa sekolah serupa di beberapa tempat di Jawa yang terus dibina oleh perhimpunan Sekolah Kartini (Kartini Schoolvereniging).

Pada tahun 1922Door Duisternis Tot Licht untuk pertama kali diterbitkan dalam bahasa Melayu oleh Commissie voor de Volkslectuur(kemudian menjadi Balai Pustaka) dibawah pimpinan Dr. D.A. Rinkes, dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran. Terjemahan surat-surat Kartini itu dilakukan oleh Baginda Abdoellah Dahlan, bekas pembantu dosen bahasa Melayu pada Universitas Leiden dan Baginda Zaenoedin Rasad, bekas guru Prins Hendrik School, Jatinegara. Pada penerbitan selanjutnya, penterjemahan itu juga dibantu oleh Soetan Moehammad Zain, bekas anggota Volksraad dan pembantu dosen bahasa Melayu pada Universitas Leiden, serta Baginda Djamaloedin Rasad, redaktur Sumatra Bergerak di Bukittinggi.

Pada cetakan kedua (1939), keempat penterjemah itu mencantumkan gabungan nama “Empat Saudara”. Baru kemudian pada cetakan ketiga (1951) nama Empat Saudara sebagai penterjemah telah digantikan olehArmijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru. Terbitan surat-surat Kartini yang diterjemahkan oleh Armijn Pane itu tidak lagi menggunakan bahasa melayu, tetapi sudah menggunakan bahasa Indonesia. Dicetak dalam format lebih tipis dari cetakan sebelumnya dan ada beberapa perubahan di dalamnya. Armijn Pane menyatakan bahwa buku terjemahannya dicetak tidak terlalu tebal, sehingga harganya dapat dijangkau oleh masyarakat pembaca. Dengan cara itu Armin berharap pemikiran dan cita-cita Kartini menjadi semakin dapat diakses oleh masyarakat luas.

Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane ini tidaklah sama dengan buku terbitan sebelumnya. Selain ditambahi dengan Kata Pembimbing yang memberikan arahan kepada pembaca tentang sosok Kartini dan latar belakang kehidupannya, terbitan ketiga itu adalah hasil terjemahan kembali dari bahasa Belanda yang sama sekali lain dari terjemahan sebelumnya. Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi.

z-12-feb-10-habis-gelap-terbitlah-terang-01-res-100.jpg


 
 
 

Comments


Featured Posts
!
Recent Posts
!
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Classic
  • Twitter Classic
  • Google Classic

​© 2023 by STREET LIFE. Proudly created with Wix.com

  • Facebook Clean
  • Twitter Clean
  • Flickr Clean
  • Instagram Clean
bottom of page